Yaa..aku memang sudah lulus sekolah dan sedang berkuliah. Tapi beberapa waktu lalu, aku mengalami kejadian yang cukup membuatku membandingkan sosok guru di SMA ku dengan sosok dosen Pembimbing Akademik (PA) ku.
Ceritanya begini..
1 hari sebelum pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) di kampus, aku datang ke dosen PA ku. Melaporkan ketidaklulusan ku pada salah 1 mata pelajaran prasyarat, yang menyebabkan aku hanya bisa mengambil 18 sks pada semester ini. Karena pelajaran lainnya membutuhkan mata kuliah yang aku tidak lulus ini sebagai prasyaratnya. Sebenarnya kedatanganku sekaligus konsultasi apakah ada mata kuliah lain yang bisa aku ambil agar bisa menambah jumlah sks ini. Tapi kemudian dosen tidak punya solusi lain dan aku hanya bisa mengambil 18 sks. Okey, memang salahku terlalu santai pada semester kemarin.
Keesokan harinya, subuh-subuh aku sudah kembali ke kampus untuk mengisi KRS. Setelah proses pengisian yang memakan waktu dan pemikiran panjang selesai, aku kembali ke dosen ku untuk minta tanda tangan persetujuannya pada RPM (Rencana Pengambilan Mata kuliah) ku. Karena untuk mendapatkan KRS, aku harus kasih RPM yang sudah benar dan ditanda tangani oleh dosen PA ku.
Aku masuk ke ruangan dosen PA ku itu, lalu menyodorkan RPM yang baru untuk ditanda tangani. Sambil niat berbasa-basi, aku bilang, "Pak, saya yang kemarin dateng ke bapak, yang cuman bisa ambil 18 sks." Niat baikku berbasa-basi, ternyata mendapat respon, "Oh, saya udah lupa yaa.. Kan banyak sekali mahasiswa yang datang, saya ga hafal." Weww Pakkk........ Huufff.......... Ya udahlah, sambil sedikit gondok, aku keluar sambil membawa RPM ku tercinta yang sudah ditanda tangani.
Cerita berikutnya begini..
Mamaku datang ke sekolah adikku untuk menghadiri pertemuan orang tua murid. Adikku sudah kelas 10. Dan kebetulan dia kelas 10-2, sama seperti kelas ku dulu. Kebetulan juga walas nya masih sama seperti walas aku dulu. Sepulang dari pertemuan itu, mamaku cerita... Waktu bertemu dengan walas adikku, si walas bilang, "Ibu orang tua siapa ya dulu ?" Mamaku jawab,"Oh, saya mamanya Melisa." Lalu si walas bilang lagi, "Oh iya Melisa." Woww..... Cerita ini mengingatkanku dengan kejadian yang aku alamin dengan dosenku kemarin itu..!!
Sang dosen PA yang hari ini bertemu, besok sudah lupa dengan aku. Tapi walas kelas 10 ku, yang sudah setahun tidak pernah bertemu aku lagi, malah ingat dengan mamaku dan aku. Salut deh Pak Ray ! Makasih yaa ! :)
1 Comment:
Alasannya: Klo dosen, biasanya tidak benar2 fokus dengan mengajar di perkuliahan karena pasti ada proyek2 lain di luar perkuliahan(dan inilah yang menyebabkan dosen menjadi gabut atau malas mengajar), dan jumlah mahasiswa di kampus itu banyak sehingga dosen bisa lupa nama mahasiswa. Tetapi kalau guru pasti akan benar2 fokus dengan pengajaran di sekolah dan hubungan dengan murid2 lebih kuat sehingga bisa mengenal nama muridnya. Wali kelas saya saja sudah 2 tahun ga ketemu masih inget nama saya
Post a Comment